Nabila Fahriani Pane, Sosok Mahasiswi USU Berkontribusi Kembangkan UMKM di Sumut

    Nabila Fahriani Pane, Sosok Mahasiswi USU Berkontribusi Kembangkan UMKM di Sumut
    sosok Nabila Fahriani Pane, mahasiswi Administrasi Bisnis di Universitas Sumatera Utara (USU).

    MEDAN - Semua pencapaian besar dimulai dari langkah kecil. Ungkapan ini tampaknya tepat untuk menggambarkan sosok Nabila Fahriani Pane, mahasiswi Administrasi Bisnis di Universitas Sumatera Utara (USU).

    Tidak hanya berprestasi di bidang akademik, Nabila juga menunjukkan kepedulian sosialnya dengan mendukung perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sumatera Utara.

    Sejak kecil, Nabila telah terdorong untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi sekitarnya. Ia meyakini bahwa berkontribusi kepada masyarakat bukan sekadar tuntutan akademis, tetapi juga dorongan hati untuk memberikan aksi nyata. Ketertarikannya terhadap pengembangan UMKM muncul saat ia menyadari potensi produk lokal yang belum dikelola secara maksimal, khususnya di daerah pedesaan.


    Di Desa Ndeskati, Kabupaten Karo, Nabila memimpin proyek Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang mengubah limbah kulit kopi menjadi pewarna alami untuk batik aksara Karo. Proyek ini berlangsung selama tiga bulan, melibatkan berbagai elemen masyarakat dan memperkuat peran perempuan dalam pelestarian budaya serta pengelolaan lingkungan.


    Proses pembuatan batik dimulai dengan ekstraksi pewarna alami dari limbah kulit kopi. Para peserta, yang sebagian besar adalah anggota PKK, dengan antusias mengikuti setiap tahap, mulai dari pengumpulan dan pengeringan limbah hingga proses ekstraksi warna.

    "Ini adalah pertama kalinya kami melihat limbah kulit kopi diubah menjadi sesuatu yang berharga. Prosesnya menarik dan hasilnya sangat memuaskan, " ujar May, salah satu peserta pelatihan.


    Dalam kegiatan ini, para ibu anggota PKK Desa Ndeskati juga mendapatkan pelatihan tentang cara mengaplikasikan aksara Karo ke dalam desain batik. Mereka belajar menggunakan pensil dan kertas desain untuk menulis aksara Karo dengan indah, yang kemudian diaplikasikan pada kain batik. Proyek ini tidak hanya berhasil menciptakan produk baru, tetapi juga menghidupkan kembali budaya aksara Karo yang hampir terlupakan.

    "Kami sangat bangga dengan hasilnya. Batik ini tidak hanya indah, tetapi juga memiliki nilai lingkungan dan budaya yang tinggi, " ujar Wadaria, seorang peserta lainnya. 


    Selain berinovasi, Nabila aktif berbagi ilmu melalui berbagai kegiatan di kampus dan komunitas. Ia rutin menjadi fasilitator pelatihan ekonomi kreatif seputar UMKM, dan memperkenalkan produk inovasi lokal, seperti "Ndescafe, " dari desa binaannya sebagai salah satu upaya mempromosikan potensi desa ke masyarakat luas.

    Pelatihan ini berfokus pada pemberdayaan masyarakat agar mampu melihat dan memanfaatkan potensi ekonomi yang ada di sekitar mereka.


    Nabila menyadari bahwa pengembangan UMKM memerlukan perhatian bersama. Menurutnya, kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan ini.

    "Saya berharap semakin banyak orang yang peduli terhadap pengembangan UMKM, karena ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi dengan ini juga bisa menjadi cara kita dalam melestarikan budaya, " ujar Nabila, Sabtu (26/10/2024).


    Peran Nabila sebagai inspirasi bagi generasi muda menunjukkan bahwa pengabdian tidak perlu menunggu soal nanti. Ia berharap dapat terus menanamkan semangat kepada generasi muda untuk berkontribusi dan menciptakan perubahan positif di lingkungannya.

    (Dormaulina/Alamsyah).

    medan sumut
    A. Putra

    A. Putra

    Artikel Sebelumnya

    Kemarahan Warga dan Kontraktor Memuncak,...

    Artikel Berikutnya

    Sempat Viral di Medsos Kebakaran Gudang...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Lake Toba, North Sumatra: A Natural Wonder and Cultural Gem
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing

    Ikuti Kami